Jumat, 26 Maret 2010

15 Jenis Kepribadian Manusia Berdasarkan Status Facebook-nya


Konon kepribadian manusia bisa dilihat dari update statusnya di Facebook. Berikut ini adalah 14 jenis kepribadian yang sempat terlacak. Boleh percaya, boleh tidak. Namanya juga joke (guyonan), sekedar untuk pengobat stress!

-

1. Manusia Super Update
Kapanpun dan di manapun selalu update status. Statusnya tidak terlalu panjang tapi terlihat bikin risih, karena hal-hal yang tidak terlalu penting juga dipublikasikan.
Contoh : “Lagi makan di restoran A..”, “Dalam perjalanan menujuneraka..”, “Saatnya baca koran..”, dan sebagainya.

2. Manusia Melankolis
Biasanya selalu curhat di status. Entah karena ingin banyak diberi komentar dari teman-temannya atau hanya sekedar menuangkan unek-uneknya ke facebook. Biasanya orang tipe ini menceritakan kisahnya dan terkadang menanyakan solusi yang terbaik kepada yang lain.
Contoh : “Kamu sakitin aku..lebih baik aku cari yang lain..”, “Cuma kamu yang terbaik buat aku..terima kasih kamu sudah sayang ama aku selama ini..”.

3. Manusia Tukang ngeluh
Pagi, siang, malem, semuanya selalu ada aja yang dikeluhkan.
Contoh : ” Jakarta maceeet..!! Panas pula..”, “Aaaargh ujan, padahal baru nyuci mobil..sialan. .!!”, “Males ngapa2in.. cape hati gara2 si do’ i..”, dsb.

4. Manusia Sombong
Mungkin beberapa dari mereka ga berniat menyombongkan diri, tapi terkadang orang yang melihatnya, yang notabene tidak bisa seberuntung dia, merasa kalo statusnya itu kelewat sombong, dan malah bikin sebel.
Contoh : “Otw ke Paris ..!!”, “BMW ku sayang, saatnya kamu mandi..aku mandiin ya sayang..”, “Duh, murah-murah banget belanja di Singapur, bow,”

5. Manusia Puitis
Dari judulnya udah jelas. Status nya selalu diisi dengan kata-kata mutiara, tapi ga jelas apa maksudnya. Bikin kita terharu? Bikin kita sadar atas pesan tersembunyinya? atau cuma sekedar memancing komentar? Sampai saat ini, tipe orang seperti ini masih dipertanyakan.
Contoh : “Kita masing-masing adalah malaikat bersayap satu. Dan hanya bisa terbang bila saling berpelukan”, “Mencintai dan dicintai adalah seperti merasakan sinar matahari dari kedua sisi”, “Jika kau hidup sampai seratus tahun, aku ingin hidup seratus tahun kurang sehari, agar aku tidak pernah hidup tanpamu”.

6. Manusia in English
Tipe manusianya bisa seperti apa saja, apakah melankolis, puitis, sombong dan sebagainya. Tapi dia berusaha lebih keren dengan mengatakannya dalam bahasa Inggwis gicyu Low..
Contoh : “Tie and Chair..”, “I can tooth, you Pink sun..” dsb..

7. Manusia Lebay
Updatenya selalu bertema ‘gaul’ dengan menggunakan bahasa dewa.. ejaan yang dilebaykan..
Contoh..” met moulnin all.. pagiiieh yg cewrah… xixiixi” <<>

8. Manusia Terobsesi
Mengharap tapi ga kesampaian.. pengen jd artis ga dapat-dapat.
Contoh : “duwh… sesi pemotretan lagi! cape…”

9. Manusia Sok Tau
Sotoy tenarnya. Padahal dia sendiri tidak tahu apa yang ditulisnya.
Contoh : “Pemerintah selalu memanjakan rakyatnya.. bla..bla…bla,”

10. Bioskop Mania
Update film yang abis ditonton dan kasih comment..
Contoh : “ICE AGE 3..Recomended! !”, “Transformers 2 mantab euy..”

11. Manusia pedagang
Contoh: “jual sepatu bla bla bla”

12. Manusia penyuluh masyarakat
Contoh: “jangan lupa dateng ke TPS, 5 menit utk 5 tahun bla..bla”

13. Manusia Alay
Ada berbagai macam versi, dari tulisannya yang aneh, atau tulisannya biasa aja, hanya saja kosakata nya ga lazim seperti bahasa alien.
Contoh:Alay 1 : “DucH Gw4 5aYan9 b6t s4ma Lo..7aNgaN tin69aL!n akYu ya B3!bh..!!”
Alay 2 : “km mugh kog gag pernach ngabwarin aq lagee seech? kmuw maseeh saiangs sama aq gag seech sebenernywa? ”
Alay 3 : “Ouh mY 9oD..!! kYknY4w c gW k3ReNz 48ee5h d3ch..!!”(Khusus buat tipe ini, ga usah di baca juga gpp..saya pribadi juga mikirdulu buat nulis ini, walaupun jadinya kurang mirip sama yg aslinya..)

14. Tipe Hidden Message
Tipe ini biasanya tidak to the point, tapi tentunya punya niat biar orang yg dituju membaca nya. (bagus kalo baca..kalo ngga? kelamaan nunggu) padahal kan bisa langsung aja sms ya..
Contoh : “For you my M***, I can’ t live without you..you are my bla bla bla..”,”Heh, cewe bajingan..ngapain lo deket2in co gw?! kyk ga laku aja lo..” (padahal ce tersebut tidak ada dalam jaringannya. . mana bisa baca…:p)

15. Tipe Misterius
Tipe yang biasanya bikin banyak orang bertanya tanya atas apa maksud dari status orang tersebut..Biasanya dalam suatu kalimat membutuhkanSubjek + Predikat + Objek + Keterangan. Tapi orang tipe ini mungkin hanya mengambil beberapa atau malah hanya 1 saja..Dan pastinyamengundang kontroversi.
Contoh : “Sudahlah..” , “Telah berakhir..” (apanya??),”Termenung.. .” (so what gitu, loh)

-

Anda punya usulan dan contoh kepribadian yang lain?

-

Sumber:

From: Chepy R.Nasution
Subject: Kepribadian Manusia dari Status Facebook
To: “All my Friends ”
Date: Monday, February 22, 2010, 7:42 AM

-

[bud / Tim Internet Sehat]

Rabu, 24 Maret 2010

KIAT MENJAGA LISAN


Kiat menjaga lisan

Tiada satu patah katapun yang kita ucapkan luput dari pendengaran Allah. Tiada satu patah katapun yang diucapkan kecuali pasti memakan waktu. Tiada satu patah katapun yang kita ucapkan kecuali dengan sangat pasti harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Maka, sebaik-baik dan seberuntung-beruntungnya manusia adalah orang yang sangat mampu memperhitungkan dan memperhatikan setiap kata yang diucapkannya. Sungguh, alangkah sangat beruntungnya orang yang menahan setiap kata-kata yang diucapkannya, alangkah sangat beruntungnya orang yang menahan diri dari kesia-siaan berkata dan menggantinya dengan berdzikir kepada Allah.

Berkata sia-sia membuang waktu sedangkan berpikir membuka pintu hikmah. Maka, alangkah beruntungnya orang yang kuasa menahan lisannya dan menggantinya dengan berdzikir. Berkata sia-sia mengundang bala, berdzikir kepada Allah mengundang rakhmat. Rasulullah SAW bersabda, "Setiap ucapan Bani Adam itu membahayakan dirinya (tidak memberi manfaat), kecuali kata-kata berupa amar ma'ruf dan nahi munkar serta berdzikir kepada Allah azza wa Jalla (HR. Turmudzi).

Setiap manusia diberi modal oleh Allah dalam mengarungi kehidupan ini. Modalnya adalah waktu, dan seberuntung-beruntungnya manusia adalah orang yang memanfaatkan waktunya untuk keuntungan dunia dan akhiratnya, sedangkan sebodoh-bodohnya manusia adalah orang yang menghambur-hamburkan modalnya (waktu) tanpa guna.

Setiap kali kita berbicara pasti menggunakan modal kita, yaitu waktu. Maka, sebenarnya kemuliaan dan kehormatan itu dapat dilihat dari apa yang diucapkannya. Allah SWT berfirman :
"Amat sangat beruntung, bahagia, sukses, orang yang khusu' dalam sholatnya, dan orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh menahan diri dari perbuatan dan perkataan sia-sia." (QS Al Mu'minun 23: 1- 3), subhanallah.

Sahabat-sahabat sekalian, salah satu ciri martabat keislaman seseorang itu bisa dilihat dari bagaimana ia berjuang keras untuk menhindarkan dirinya dari kesia-siaan. Maka semakin kita larut dalam kesia-siaan maka, akan semakin tampak keburukan martabat keislaman kita dan semakin akrab dengan bala bencana, yang selanjutnya hati pun akan keras membatu dan akan lalai dari kebenaran. Rasulullah sendiri dengan tegas melarang kita banyak bicara yang sia-sia.
"Janganlah kamu sekalian memperbanyak bicara selain berdzikir kepada Allah, sesungguhnya memperbanyak perkataan tanpa dzikir kepada Allah akan mengeraskan hari, dan sejauh-jauh manusia adalah yang hatinya keras." (HR. Turmudji)

Kita lihat banyak orang berbicara tapi ternyata tidak mulia dengan kata-katanya. Banyak orang berkata tanpa bisa menjaga diri, padahal kata-kata yang terucapkan harus selalu dipertanggung-jawabkan, yang siapa tahu akan menyeretnya ke dalam kesulitan. Sebelum berkata, kita yang menawan kata-kata, tapi sesudah kata terucapkan kitalah yang ditawan kata-kata kita.
Rasulullah bersabda : " Barangsiapa memperbanyak perkataan, maka akan jatuh dirinya. Maka barangsiapa jatuh dirinya, maka akan banyak dosanya. Barangsiapa banyak dosanya, maka nerakalah tempatnya". (HR. Abu Hatim).

Dari Sahl bin Sa'ad as Saidi, dia berkata:
"Barang siapa menjamin bagiku apa yang ada diantara dua tulang rahangnya (lidah) dan yang ada diantara kedua kakinya (kemaluan), niscaya akan aku jamin surga baginya."(HR. Bukhari).

Dalam hadits lain Rasulullah bersabada;
"Barangsiap menjaga dari kejahatan qabqabnya, dzabdzabnya, dan laglagnya, niscaya ia akan terjaga dari kejahatan seluruhnya."(HR. Ad Dailami) Yang dimaksud qabqab adalah perut, Dzaabdzab adalah kemaluan, dan Laqlaq adalah lidah.

Maka tampaknya adalah menjadi wajib bagi siapapun yang ingin membersihkan hatinya, mengangkat derajatnya dalam pandangan Allah Ajjaa Wa Jallaa, ingin hidup lebih ringan terhindar dari bala bencana, untuk bersungguh-sungguh menjaga lisannya. Aktivitas berbicara bukanlah perkara panjang atau pendeknya, tapi berbicara adalah perkara yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya.

Ada sebuah kisah, suatu waktu ada seseorang bertanya tentang suatu tempat yang ternyata tempat tersebut adalah tempat mangkal "wanita tuna susila". "Dimana sih tempat x ?" Lalu si orang yang ditanya menunjuk ke arah suatu tempat dan hanya dengan "Tuh !", lalu si penanya datang ke sana dan naudzubillah dia berbuat maksiat, di pulang, lalu dia sebarkan lagi kepada teman-temannya, lalu berbondong-bondong orang ke sana, berganti hari, minggu, dan tahun. Maka setiap ada orang yang bermaksiat di sana, orang yang menunjukkan itu memikul dosanya, padahal dia hanya berkata : "Tuh !", cuman tiga huruf. Setiap hari orang berzina di sana, maka pikul tuh dosanya, karena dia telah memberi jalan bagi orang lain untuk bermaksiat dengan menunjukkan tempatnya.

Jadi waspada, dengan lidah, menggerakkannya memang mudah, tidap perlu pakai tenaga besar, tidak perlu pakai biaya mahal, tapi bencana bisa datang kepada kita. Berbicara itu baik, tapi diam jauh lebih bermutu. Dan ada yang lebih hebat dari diam, yaitu BERKATA BENAR.
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam !" (HR. Bukhari Muslim).

Sebab lisanlah yang banyak memasukkan kita ke neraka. Rasulullah bersabda :
"Kebanyakan yang memasukkan ke neraka adalah dua lobang, yaitu : mulut dan fardji (kemaluan)" (HR Turmudji dan Imam Ahmad). Sedangkan Imam Hasan berkata bahwa, "Tidak akan berarti agama seseorang bagi orang yang tidak menjaga lisannya".

: bahwa melanjutkan, Beliau "Baiknya Islam seseorang adalah dengan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya". Untuk dapat menjaga lisan menjadi terjaga dan bermutu, ada empat syaratnya, yaitu :

1. Berkatalah dengan Perkataan yang Benar
Kalau kita ingin berbicara dengan benar, maka pastikan bahwa pembicaraan kita bersih dari bohong, bersih dari dusta. Kata-kata kita ini harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jangan pernah mau berkata apapun yang kita sendiri tidak yakin dengan apa yang kita katakan. Jangan berusaha berkata-kata semata-mata agar orang terkesima, terpesona, suka, karena semuanya tidak akan menolong kita. Perkataan kita yakin dengan seyakin-yakinnya haruslah dapat dipertanggungjawabkan.

Bohong, dusta, sama sekali tidak akan menolong diri kita ini, karena kedustaan mutlak diketahui oleh Alloh dan sangat mudah bagi ALlah membeberkan segala kebohongan dan kedustaan kita.

Dusta tidak akan mengangkat derajat, bahkan sebaliknya kalau Allah membeberkan kebohongan kita, kedustaan kita, maka, kita akan menjadi orang yang tidak berharga sedikitpun. Untuk dapat orang percaya pada kita tidak bisa dibeli dengan uang, tidak bisa dibayar dengan harta, sekali tampak bahwa kita pendusta, pembohong, tukang tipu, maka akan butuh waktu yang sangat lama untuk mengembalikan kepercayaan orang pada kita.

Dusta, bohong, hanya membuat hidup jadi sempit. Camkan, bahwa semakin banyak kita berbohong, semakin sering kita berdusta, maka kita telah membuat penjara, yang membuat kita selau takut dusta kita terbuka, bahkan selanjutnya kita akan berusaha untuk membuat dusta baru, bohong baru untuk menutupi kebohongan yang telah kita lakukan.

Beranilah hidup tampil dengan apa adanya, biarlah kita tampil begini adanya. Kenapa harus berdusta, lebih baik kita tidak diterima, karena kita sudah mengatakan apa adanya daripada kita diterima karena mendustainya. Jangan berat untuk tampil apa adanya. Daripada kita sibuk merekayasa agar rekayasa kata, sangat pasti tidak akan menolong sedikitpun "yu izzumantasyaa wa tudzillu man tasya" Yang mengangkat derajat bukan kebohongan, bukan rekayasa kita, tapi Allah saja, dan sebaliknya yang menghinakan juga Allah.

Cegahlah dusta walau sekecil apapun, kecuali tentunya bohong yang dibenarkan oleh syariat. Misalnya, bohong dalam rangka bersiasat kepada musuh, bohong ringan dengan maksud untuk mendamaikan orang-orang yang bersengketa demi kebaikan. Bohong istri kepada suami atau sebaliknya dengan maksud untuk menyembunyikan kejelekan, bohong untuk membahagiakan dengan cara yang sah dan benar, tetapi bukan bohong untuk menyembunyikan aib dan kesalahan.

Sahabat-sahabat sekalian, Berpikirlah sebelum berbicara. Jangan pernah biarkan terlontar dari lisan ini sesuatu yang kita sendiri meragukannya. Apalagi dengan sengaja kita berkata dusta, naudzubillah. Demi Allah, Allah Maha Mendengar, tahu persis segala nita di balik kata yang kita ucapkan. Kedustaan kita hanya masalah waktu saja bagi Allah untuk membeberkannya, walau mati-matian kita menutupinya. Maka, pastikan setiap pembicaraan kita untuk tidak ada dusta, walau sedikitpun.

Firman-Nya,
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar". (QS Al Baqarah:263) Cukuplah ayat ini sebagai dalil bagi hamba-hamba-Nya untuk selalu menyampaikan kebenaran.

Selalulah mohon kepada Allah agar lisan ini dituntun dan dilindungi sehingga terhindar dari perkataan yang tidak benar.

2. Berkatalah sesuai tempatnya
"Liqulli maqaam maqaal walikulli maqaal maqaam" Artinya, "Tiap perkataan itu ada tempat terbaik dan setiap tempat memiliki perkataan (yang terucap) yang terbaik pula."

Tidak setiap kata sesuai di setiap tempat, sebaliknya tidak setiap tempat sesuai dengan perkataan yang dibutuhkan. Hati-hati sebelum kita bicara, harus kita ukur siapa yang diajak bicara. Berbicara dengan anak kecil tentu akan jauh beda dengan ketika berbicara dengan orang tua. Berbicara dengan remaja tentu akan jauh beda dengan ketika berbicara dengan guru kita. Orang yang tidak terampil untuk membaca situasi, walau niatnya benar, hasilnya bisa jadi kurang benar.

Lihatlah misalnya, ketika kita berbincang dengan ponakan yang masih kecil, betapa kita akan berusaha menyesuaikan diri dengan dunianya, gerakan tangan kita, raut muka kita. Hal ini karena dia tidak akan mengerti kalau kita menggunakan gaya bahasa orang tua. Tapi tidak mungkin kita memperlakukan guru kita dengan cara yang sama seperti kala kita berbicara kepada keponakan kita.

Oleh karena itu, niat untuk berdakwah dengan mengetahui dalil-dalil Quran, memahami dan mengetahui banyak hadist, belumlah cukup. Sebab kalau kita berbicara tanpa cara yang tepat, misalnya dengan mengobral dalil, menunjukkan banyaknya hafalan saja, tidaklah cukup.

Dalam situasi orang berkumpul pasti punya kondisi mental yang berbeda, ada orang yang sedang gembira, yang tentu saja akan berbeda daya tangkapnya dengan yang sedang nestapa. Ada orang yang sedang menikmati kesuksesannya, dan tentu saja akan berbeda dengan orang yang sedang dilanda masalah dalam hidupnya. Oleh karena itu orang yang sehat berbeda kemampuan menangkap idenya, dengan orang yang sedang sakit, orang yang sedang segar bugar, ceria berbeda kemampuan memahaminya dengan orang sudah letih lahir batinnya. Maka seseorang pembicara terbaik tidak cukup hanya berbica benar, tapi juga harus sangat bisa memilih situasi kapan dia berbicara.

Mengapa banyak nasehat orang tua yang tidak didengar oleh anaknya yang masih remaja? Saya khawatir orang tua merasa benar dengan apa yang dikatakannya, tapi tidak benar dalam membaca situasi dan kondisi remaja yang sedang diajak bicara, yang notabene kondisinya sedang labil. Memang aneh kita ini ketika anak masih kecil, orang tua akan berusaha beraktivitas, bersikap, dan berbicara agar dapat dipahami oleh si kecil, tetapi menjelang remaja, pada saat perpindahan usia, perpindahan masa, ia tidak berusaha beradaptasi dengan kondisi anaknya. maka disinilah kita perlu ilmu. Sebab dengan ilmu yang memadai setiap orang dapat berwibawa di depan anak-anaknya.

Subhaanallah,
Ada banyak cara dalam berkomunikasi, dan berbahagialah jikalau kita diberi keterampilan oleh Allah untuk berbicara sesuai dengan kondisi dan tempatnya. Kita berdialog dengan petani, tentu saja berbeda dialognya dengan seorang eksekutif. Berada di lingkungan santri yang fasih bahasa Arab, tentu saja berbeda kalau kita harus berdialog dengan orang di pasar yang tidak mengerti bahasa Arab. Seorang pendakwah misalnya, kalau orangnya tidak arif, ia akan sibuk mengobral dalil, mengobral kata-kata, walau tentu saja tidak semuanya salah, tapi apalah artinya jika kita meletakkan sesuatu tidak sesuai tempatnya.

Pernah terjadi suatu ketika Umar bin Khathab bertemu dengan Abu Hurairah, "Mau pergi kemana engkau, hei Abu Hurairah?" Tanya Umar
"Aku mau ke pasar, akan aku umumkan apa yang kudengar dari Rasulullah SAW," Jawab Abu Hurairah. "Apa kata Beliau ?", Umar bertanya lagi "Setiap orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, maka dakhalal Jannah, akan masuk Surga". "Tunggu dulu, wahai sahabat", cegah Umar. Umar bin Khathab pun kemudian pergi menemui Rasulullah. "Yaa Rasulullah, apakah benar engkau bersabda demikian (sebagaimana yang disampaikan oleh Abu Hurairah)?" Tanyanya. Dan Rasul pun meng-iya-kan. "Tetapi, Yaa Rasul, saya keberatan kalau sabdamu itu disebarkan kepada sembarang orang karena dikuatirkan akan salah dalam menafsirkannya."

Mendengar keberatan Umar itu, Rasul tercenung, lalu sesaat kemudian bersabda, "Yaa, aku setuju dengan pendapatmu". Abu Hurairah pun lalu dilarang untuk mengumumkannya di pasar.

Demikianlah, perkataannya benar, sesuai dengan kenyataan. Akan tetapi, karena dikuatirkan akan salah penafsiran orang yang mendengarnya, karena diucapkan tidak pada tempatnya.
3). Jagalah Kehalusan Tutur Kata
Orang yang lisannya bermutu haruslah berkemampuan memperhalus dan menjaga kata-katanya tidak menjadi duri atau tidak bagai pisau silet yang siap melukai orang lain. Betapa banyak kata-kata yang keluar yang rasa-rasanya ketika mengeluarkannya begitu gampang, begitu enak, tapi yang mendengar malah sebaliknya, hatinya tercabik-cabik, tersayat-sayat perasaannya, begitu perih dan luka tertancap dihatinya. Seakan memberi nasehat, tapi bagi yang mendengar apakah merasa dinasehati atau malah merasa dizhalimi.

Hati-hati, ibu kepada anak, suami kepada istri, istri kepada suami, guru kepad murid, atasan kepada bawahan. Kadang kelihatannya seperti sedang memberi nasehat tetapi sesungguhnya kalau tidak hati-hati dalam memilih kata, justru kita sedang mengumbar duri-duri pisau 'cutter' yang tajam mengiris.

Rasulullah bersabda, "Jiwa seorang mukmin bukanlah pencela, pengutuk, pembuat perbuatan keji dan berlidah kotor" (HR. Turmudji dan Ibnu Mas'ud).

Bahkan bagi orang kafir sekalipun, Nabi melarang mencelanya. Dikisahkan bahwa ketika beberapa orang kafir terbunuh dalam perang Badar, Nabi bersabda :
"Janganlah kamu memaki mereka, dari apa yang kamu katakan, dan kamu menyakiti orang-orang yang hidup. Ketahuilah bahwa kekotoran lidah itu tercela" (HR. An Nasai)

Sahabat-sahabat kalau kita berbuat salah, kita begitu rindu orang lain bersifat bijak kepada kita dengan memberi maaf. Kala kita tak sengaja memecahkan piring atau melakukan kesalahan sehingga TV rusak atau kita naik motor agak lalai sehingga menabrak atau masuk got. Maka apa yang kita inginkan ? Yang kita inginkan dari orang lain adalah dia dapat bijaksana kepada kita. "Innaalillaahi wa innaailaihi raaji'uun" "Lain kali lebih hati-hati, jadikan ini pelajaran yang baik, bertaubatlah". Demikian kata-kata bijak yang kita harapkan. Sebab sangat pasti akan selalu ada kesempatan kita untuk berbuat kesalahan.

Dikala itu, jika orang menyikapi dengan baik, kita diberi semangat untuk bertaubat, semangat untuk mempertanggungjawabkan, kita tidak dicela, kita tidak dipermalukan, maka yang terjadi adalah semangat kita untuk mempertanggungjawabkannya menjadi lebih besar.

Bandingkan dengan kalau kita melakukan suatu kesalahan, lalu orang lain marah kepada kita, "Diam disini, ini perhatikan ! Dasar anak dungu, tidak hati-hati, begitu sering membuat kesalahan, kemarin ini, sekarang itu. Ini adalah kelakuan yang sangat menyebalkan, dia pengacau di tempat kita, dia adalah orang yang paling merugikan". Bayangkan perasaan kita, yang terjadi adalah merasa dipermalukan, merasa dicabik-cabik, merasa dihantam, merasa diremukkan, harga diri kita benar-benar diinjak-injak. Saya kira kata-kata itu tidak akan masuk ke dalam kalbu, kecuali dendam yang akan merasuk.

Diriwayatkan bahwa suatu waktu, seorang Arab Badwi bertemu Rasulullah SAW, dan Rasulullah berkata : "Engkau harus bertakwa kepada Allah, Jika seseorang membikin malu padamu, dengan sesuatu yang diketahuinya padamu, maka janganlah memberi malu dia dengan sesuatu yang engkau ketahui padanya. Niscaya akan celaka padanya dan pahalanya padamu. Dan janganlah engkau memaki sesuatu !" (HR. Bukhari-Muslim)

Dalam Hadist lain Rasulullah SAW bersabda, "Bahwa yang pertama-tama diberitahukan Tuhan kepadaku dan dilarang aku daripadanya sesudah penyembahan berhala dan minum khamar, ialah mencaci orang". (HR. Ibu Abi Dunya).

Sungguh kalau kita tidak suka dipermalukan, tidak suka disakiti, tidak suka direndahkan, mengapa kata-kata kita sering mempermalukan, merendahkan, menghinakan orang lain? Padahal, sebaik-baiknya kata adalah yang mengoreksi, yang dapat meraba perasaan diri sendiri dan orang lain kalau misalnya kita diperlakukan seperti itu. "Duh, dengan kata-kata ini dia terluka atau tidak, dengan kata-kata ini dia tersakiti atau tidak ?"

Manfaat tidak kalau misalnya ada yang shaum, lalu ditanya shaum atau tidak, makin kita tanya, "Saudara shaum atau tidak?" Padahal dia sedang berusaha menyembunyikan amalnya, terpaksa harus bicara. Kalau menjawab "Ya, Saya Shaum", terbersit peluang untuk riya. Kalau menjawab, "Tidak", jadi dosa karena berdusta. Kalau diam saja takut disangka sombong. Maka, kita telah menyusahkan orang gara-gara pertanyaan kita.

Saudara-saudara sekalian, sudahlah jangan banyak tanya yang kira-kira tidak bermanfaat bahkan menjadi beban bagi yang ditanya. Jangan pernah berkata yang membuat orang lain jadi susah, kita juga tidak mau disusahkan oleh perkataan orang lain. Kalau disuruh memilih, mending diajak bicara yang kasar atau yang halus ? Tentu kita akan memilih berbicara dengan bahasa yang halus.

Firmannya, "Hai orang-orang yang beriman! Janganlah segolongan laki-laki menghina segolongan yang lain, boleh jadi (mereka yang dihina itu) lebih baik dari mereka (yang menghina). Dan janganlah segolongan perempuan (menghina) golongan perempuan yang lainnya, boleh jadi (yang dihina) lebih baik dari mereka (yang menghina)." (QS. Al Hujurat 49:11).

Rasulullah juga bersabda,
"Demi Allah Aku tidak suka menceritakan tentang seseorang". (HR. Abu Daud dan Turmudji). Jangan pula menasehatkan apa yang tidak pernah kita lakukan, sebab firman-Nya: "Hai, orang-orang yang beriman, mengapa engkau berkata-kata sesuatu yang tidak engkau perbuat. Sesungguhnya amat besar kemurkaan Allah terhadap orang yang berkata tapi tidak melakukannya." (QS. Ash Shaff 61: 2-3)

Maka, mulai sekarang, jagalah lisan kita, banyaklah berbuat daripada berkata, atau banyaklah berkata dengan perbuatan daripada banyak berkata tanpa ada perbuatan. Kita tidak akan terhormat oleh banyak berbicara sia-sia, kehormatan kita adalah dengan berkata benar atau diam.

Gelas yang kosong hanya diisi dengan air, tapi mata air yang melimpah airnya bisa mengisi wadah apapun. Artinya, orang yang kosong harga dirinya hanya ingin dihargai, tapi orang yang melimpah harga dirinya akan senang menghargai orang lain.

Pastikan gaya bicara kita jangan merendahkan orang lain, karena diri kita ingin dihargai, hal itu justru menunjukkan kerendahan diri kita. Karena mulut itu bagai moncong teko, hanya mengeluarkan isi teko, di dalam kopi keluar kopi, di dalam teh keluar teh, di dalam bening keluar bening. Maka berbahagialah bagi yang ucapannya keluar dari mulutnya bagai untaian kalung mutiara, yang niscaya ia akan merasakan betapa indah dan berkilau indahnya. Kalau pembicaraan bagai untaian perhiasan harganya, insyaallah hatinya akan berharga pula. Tapi kalau mulutnya bagai keranjang sampah tumpah, maka hatinya akan tak jauh pula.

Untuk dapat menjaga lisan menjadi terjaga dan bermutu, ada empat syaratnya yaitu:
1. Berkatalah dengan perkataan yang benar
2. Berkatalah sesuai tempatnya
3. Jagalah kehalusan tutur kata
4. Berkatalah yang bermanfaat
Pastikan setiap kata-kata yang keluar dari mulut kita itu full manfaat. Rasulullah bersabda, "Diantara tanda kebaikan akhlak manusia muslim adalah meninggalkan apa yang tidak perlu" (HR. Turmudji).

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa, Nabi SAQ kehilangan Ka'ab bin Ajrah. Lalu beliau tanyakan kemana Ka'ab sekarang. Mereka menjawab: "Beliau sakit, yaa Rasulullah". Lalu Nabi keluar berjalan, sehingga sampai pada Ka'ab, Lalu beliau bersabda : "Gembiralah wahai Ka'ab", Lalu Nabi bertanya : "Siapakah wanita yang bersumpah ini kepada Allah ?" Ka'ab menjawab : "Ibuku, wahai Rasulullah" Lalu Nabi menyahut : "Apakah yang diberitahukan kepada engkau wahai Ummu Ka'ab ?" Ibunya Ka'ab menjawab : "Mungkin Ka'ab berkata perkataan yang tidak perlu atau tidak berkata yang diperlukan". (HR. Ibnu Abi Dunya)

Maka, satu-satunya pilihan adalah berkata yang penuh manfaat. Ketika tiba-tiba hujan, "Huuh, hujan !" Lho, apa untungnya berkata begitu, apa dengan berkata begitu hujannya jadi berhenti ? Tidak kan...? Hujan adalah pekerjaan Allah, suka-suka Allah mau ngasih hujan atau tidak, yang pasti setiap perbuatan Allah itu bermanfaat buat orang beriman. Apa salahnya Allah menurunkan hujan, dulu waktu kemarau panjang mengeluh, di kasih hujan masih mengeluh juga.

Suatu ketika pernah duduk dengan seorang ulama yang terpelihara, "Aduh, jam tangan ketinggalan !" Tiba-tiba saya ingat, bahwa jam saya ketinggalan. "Kenapa pakai aduh ? Lebih bermanfaat kalau mengucapkan innaalillaahi, lupa nih ketinggalan jam, mudah-mudahan dapat diambil di waktu yang tepat".

Sahabat-sahabat sekalian, jangan bunyi kecuali yang bermanfaat. Jangan pula mencela perbuatan Allah. Panas, dingin, hujan atau kemarau, dengan panas yang membakar sekalipun, jangan mencela. Atau tiba-tiba petir mengelegar, kenapa menjerit ....?

Bukannya malah menyebut nama Allah. Atau tiba-tiba menginjak bangkai, "Hiii bangkai anjing sialan !" Kenapa harus mencaci, tidak usah mencela, beristighfarlah, sebab Allah memberikan kejadian, sangat pasti ada hikmahnya.

4. Berkatalah yang Bermanfaat
Dikisahkan bahwa suatu waktu Nabi Isa, as, melihat bangkai seekor anjing, ketika sahabat-sahabatnya berpaling karena jijik, maka Nabi Isa justru melihat susunan gigi putihnya yang tertata indah,

"Anjing itu giginya rapi sekali yaa...!", Teman-temannya keheranan. "Yaa, Rabbii (Guru), kenapa Paduka berkata begitu, bangkai anjing itu kan sangat menjijikkan. Bahkan Paduka sendiri kalau dihina, dicaci, diremehkan dengan kata-kata jelek, kata-kata Tuan selalu baik ?"

Nabi Isa Menjawab:
"Karena setiap orang memang akan mengeluarkan apa yang dimilikinya. Kalau pikiran dan perasaannya jelek, maka yang keluar adalah yang jelek-jelek juga", Demikian jawabnya. Makin banyak kepeleset lidah, makin banyak masalah dan dosanya, makin banyak dosa, nerakalah tempatnya. Maka, "Fal yakul khairan au liyasmut", "Berkatalah yang benar atau diam", Demikian Sabda Nabi. Jangan sekali-kali mencela makanan yang sudah tersaji di depan mata. "Huuh, ini mah terlalu asin !" Kalau nggak suka kasikan kepada makhluk lain yang lebih membutuhkan. Ada makanan terlalu dingin, yaa hangatkan ! Jangan mengeluh, jangan mencela. Sebab sudah dikasih makan saja oleh Allah sudah untung.

Mencela atau mengutuk bukanlah akhlak seorang muslim. Rasulullah bersabda, "Orang Mukmin itu bukan type pengutuk" (HR. Turmudji). Dalam Hadits lain Nabi SAW bersabda, "Janganlah Kamu kutuk-mengutuk dengan kutukan ALLAH, dengan kemarahan-NYa, dan dengan neraka Jahannam". (HR. Abu Dawud dan Turmudji)

Pernah suatu waktu ketika di tanah suci, ada seorang jemaah haji ikhwan yang suatu waktu ia mendapat jatah makanannya dingin dan keras. Maka, mengeluhlah dia, "Huuh, susah di Arab ini, masa nasi aja sebegini keras." Gerutunya tanpa henti. Seseorang kemudian menasehatinya, "Pak, kalau Bapak semakin mengeluh, mencela, Bapak akan semakin sengsara, menderita. Karena yang memberi makan adalah ALLAH, ada kalanya Allah menguji dengan makanan yang enak dan lezat, ada kalanya pula Allah menguji dengan makanan yang tidak enak atau mungkin dengan makanan yang sudah basi. Kenapa ketika sekali ini makanan kita tidak enak, lalu kita sibuk mencaci, mencela, yang tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan justru mengundang murka Allah "

Padahal di Mekkah lamanya 40 hari, 40 x 3 = 120 kali, dan makan yang enggak enak ini cuma satu kali, maka tidak adik dia, zhalim dia. Sahabat-sahabat sekalian berhentilah mencela. Lihat orang berbibir tebal, sudahlah jangan mencela, toh bibik kita dan bibir dia, ALLAH juga yang menciptakan. Seseorang yang matanya sipit, tidak berarti kita harus mengatakan "betapa sempitnya dunia bagi dia". Dia sama sekali tidak memiliki matanya, Allah-lah yang menciptakannya. Apakah kita akan mencela ciptaan Allah ?

Padahal olok-olok, penghinaan, dan pencelaan akan menyulitkan kita di akhirat kelak. Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya orang-orang yang memperolok-olok manusia itu, dibukakan pintu surga bagi salah seorang dari mereka. Lalu dikatakan kepadanya, "Mari, marilah!" Lalu orang yang memperolok-olokan itu datang dengan kesusahan dan kegundahannya. Ketika ia datang ke pintu surga itu, lalu pintu surga itu terkunci buat dia. Maka terus menerus seperti yang demikian, sehingga pintu itu dibukakan bagi orang tersebut, lalu dikatakan kepadanya. "Mari, Marilah!", Maka ia tidak datang lagi ke pintu itu". (HR. Ibnu Abi Dunya).

Maka pastikan, dari mulut kita tidak keluar kata-kata penghinaan, pencelaan, olok-olok, dan yang sejenisnya. Pokoknya kalau enggak perlu-perlu amat, jangan bunyi. Wah, kalau begitu nanti dunia ini sepi dong...
Lho bicara itu tidak selalu harus pakai mulut, senyum ramah, duduk dengan penuh perhatian, santun, ini sudah bicara. Cara menunjuk, cara bersila, bagaimana kita bersikap terhadap pembicaraan orang lain. Itu semua sudah merupakan ribuan kata, bahkan jutaan kata.
Ingatlah bahwa syarat istiqomahnya hati di jalan ALLAH adalah istiqomahnya lisan. Sabda Nabi SAW, bahwa "Tidak akan istiqomah iman seseorang sebelum istiqamah hatinya, dan tidak akan istiqomah hatinya sebelum istiqamah lisannya". (HR. Ahmad) Subhanallah, maka marilah mulai sekarang kita menjaga dan mengelola lisan kita dengan hanya digunakan sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

Senin, 22 Maret 2010

Barokah Shalat Khusyu


Barokah Shalat Khusyu

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu dalam sholatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna. (Al-Quran: Surat Al-Mu`minun )

Rosulullah SAW bersabda : Ilmu yang pertama kali di angkat dari muka bumi ialah kekhusyuan. (HR. At-Tabrani )

Nabi Muhammad SAW dalam sholatnya benar-benar dijadikan keindahan dan terjadi komunikasi yang penuh kerinduan dan keakraban dengan Allah. Ruku, sujudnya panjang, terutama ketika sholat sendiri dimalam hari, terkadang sampai kakinya bengkak tapi bukannya berlebihan, karena ingin memberikan yang terbaik sebagai rasa syukur terhadap Tuhannya. Sholatnya tepat pada waktunya dan yang paling penting, sholatnya itu teraflikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Ciri-ciri orang-orang yang sholatnya khusyu:

  1. Sangat menjaga waktunya, dia terpelihara dari perbuatan dan perkataan sia-sia apa lagi maksiat. Jadi orang-orang yang menyia-nyiakan waktu suka berbuat maksiat berarti sholatnya belum berkualitas atau belum khusyu.

  2. Niatnya ikhlas, jarang kecewa terhadap pujian atau penghargaan, dipuji atau tidak dipuji, dicaci atau tidak dicaci sama saja.

  3. Cinta kebersihan karena sebelum sholat, orang harus wudhu terlebih dahulu untuk mensucikan diri dari kotoran atau hadast.

  4. Tertib dan disiplin, karena sholat sudah diatur waktunya.

  5. Selalu tenag dan tuma`ninah, tuma`ninah merupakan kombinasi antara tenang dan konsentrasi.

  6. Tawadhu dan rendah hati, tawadhu merupakan akhlaknya Rosulullah.

  7. Tercegah dari perbuatan keji dan munkar, orang lain aman dari keburukan dan kejelekannya.


Orang yang sholatnya khusyu dan suka beramal baik tapi masih suka melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, mudah-mudahan orang tersebut tidak hanya ritualnya saja yang dikerjakan tetapi ilmunya bertambah sehingga membangkitkan kesadaran dalam dirinya.

Jika kita merasa sholat kita sudah khusyu dan kita ingin menjaga dari keriaan yaitu dengan menambah pemahaman dan mengerti bacaan yang ada didalam sholat dan dalam beribadah jangan terhalang karena takut ria.

Inti dalam sholat yang khusyu yaitu akhlak menjadi baik, sebagaimana Rosulullah menerima perintah sholat dari Allah, agar menjadikan akhlak yang baik. Itulah ciri ibadah yang disukai Allah.

Semoga dibulan ramadhan ini kita meningkatkan kualitas sholat kita.

Rabu, 17 Maret 2010

Lima Pantangan

Dalam menghadapi kehidupan ini ada lima pantangan yang sebaiknya tidak kita lakukan, yaitu:

1. Pantang bertindak sia-sia.
Setiap tindakan kita sebaiknya terhindar dari kesia-siaan. Setiap tutur kata, setiap langkah dan setiap apapun hendaknya dilakukan untuk sesuatu yang bermanfaat, baik di dunia maupun akhirat.
Jika kita bisa menghindari kesia-siaan, insya Allah kita akan menjadi 'pribadi yang sukses'.

2. Pantang mengeluh.
Keluh kesah tidak menyelesaikan masalah. Seandainya dengan mengeluh masalah bisa selesai, maka semua orang akan menyelesaikan masalahnya dengan mengeluh. Tetapi mustahil itu terjadi.
Jika kita tidak mengeluh dalam menghadapi segala persoalan, maka insya Allah kita akan menjadi 'pribadi yang tangguh.'

3. Pantang menjadi beban.
Bersikap mulia dengan tidak menjadi beban bagi orang lain adalah sikap yang sangat terpuji. Walaupun tidak mungkin bagi kita untuk sama sekali tidak bergantung, tetapi paling tidak kita mengurangi sekecil-kecilnyaketergantungan itu. Setiap bantuan orang lain sekecil apapun, sebaiknya segera kita bayar dengan apapun semampu kita.
Jika kita tidak menjadi beban orang lain maka insya Allah kita akan mempunyai 'harga diri' yang tinggi.

4. Pantang berkhianat.
Berkhianat adalah sikap yang sangat tercela. Sesulit apapun keadaan kita, jangan pernah berkhianat.

Jika kita tidak pernah berkhianat maka kita akan menjadi pribadi yang terpercaya'. Nah, kepercayaan inilah modal yang sangat berharga dalam mengarungi hidup.

5. Pantang mengotori hati.
Hati adalah komponen yang sangat penting dalam tubuh. Jika hati baik, makamenjadi baiklah seluruh tubuhnya. Sebaliknya jika hati buruk, makaburuklah sekujur tubuhnya.

Jika kita bisa menjaga hati tetap bersih maka insya Allah kita akan
menjadi 'bahagia' dan amal ibadah kita diterima.

Senin, 15 Maret 2010

Ciri Kedewasaan

Ciri khas umat Dewasa diawali dengan Diam Aktif yaitu kemampuan untuk menahan diri dalam
berkomentar. Orang yang memiliki kedewasaan dapat dilihat dari sikap dan kemampuannya dalam mengendalikan lisannya, seorang anak kecil, saudaraku apa yang dia lihat biasanya selalu
dikomentari.

Orang tua yang kurang dewasa mulutnya sangat sering berbunyi, semua hal dikomentari.,ketika dia
melihat sesuatu langsung dipastikan akan dikomentari,ketika menonton televisi misalnya ;
komentar dia akan mengalahkan suara dari televisi yang dia tonton . Penonton tv yang dewasa itu
senantiasa bertafakur, acara yang dia tonton senantiasa direnungkan (tentunya acara yang bermanfaat) dan memohon dibukakan pintu hikmah kepada Allah, Subhanalloh.

Ketika menyaksikan demonstrasi dia bertafakur.. \"beginilah kalau negara belum matang, setiap
waktu demo,kata-kata yang dikeluarkan jauh dari kearifan\"\"ternyata sangat mudah menghina,
mencaci, dan memaki itu\" Seseorang yang pribadinya matang dan dewasa bisa dilihat dari komentar-komentarnya,makin terkendali Insya Allah akan semakin matang.

Ciri kedewasaan selanjutnya dapat dilihat dari Empati. Anak-anak biasanya belum dapat meraba
perasaan orang lain, orang yang bertambah umurnya tetapi tidak dapat meraba perasaan orang lain berarti belum dapat disebut dewasa. Kedewasan seseorang dapat dilihat dari keberanian melihat dan meraba perasaan orang lain. Seorang ibu yang dewasa dan bijaksana dapat dilihat dari sikap terhadap pembantunya yaitu tidak semena-mena menyuruh, walaupun sudah merasa menggajinya tetapi bukan berarti berkuasa,bukankah di kantor ketika lembur pasti ingin dibayar overtime ? tetapi pembantu lembur tidak ada overtime ? semakin orang hanya mementingkan perasaannya saja maka akan semakin tidak bijaksana. Semakin orang bisa meraba penderitaan orang lain Insya Allah akan semakin bijak. Percayalah tidak akan bijaksana orang yang hidupnya hanya memikirkan perasaannya sendiri.

Orang yang dewasa, cirinya hati-hati (Wara’),dalam bertindak. Orang yang dewasa benar-benar
berhitung tidak hanya dari benda, tapi dari waktu ; tiap detik,tiap tutur kata , dia tidak mau jika harus menanggung karena salah dalam mengambil sikap. Anak-anak atau remaja biasanya sangat tidak hati-hati dalam bercakap dan mengambil keputusan.Orang yang bersikap atau memiliki kepribadian dewasa (wara’) dapat dilihat dalam kehati-hatian memilih kata, mengambil keputusan,mengambil sikap, karena orang yang tidak dewasa cenderung untuk bersikap ceroboh.

Orang yang dewasa terlihat dalam kesabarannya (sabar), kita ambil contoh ; didalam rumah seorang ibu mempunyai 3 orang anak, yang satu menangis, kemudian yang lainnya pun ikut menangis, sehingga lama-kelamaan menjadi empat orang yang menangis , mengapa ? karena ternyata ibunya menangis pula. Ciri orang yang dewasa adalah sabar, dalam situasi sesulit apapun lebih tenang, mantap dan stabil.

Sahabat-sahabat, seseorang yang dewasa benar-benar mempunyai sikap yang amanah, memiliki
kemampuan untuk bertanggung jawab.

Untuk melihat kedewasaan seseorang dapat dilihat dari kemampuannya bertanggungjawab, sebagai
contoh ; seorang ayah dapat dinilai bertanggung jawab atau tidak yaitu dalam cara mencari nafkah yang halal dan mendidik anak istrinya ? Bukan masalah kehidupan dunia ,yang menjadi masalahmampu tidak mempertanggungjawabkan anak-anak ketika pulang ke akherat nanti ? Ke surga atau neraka? Oleh karena itu orang tua harus bekerja keras untuk menjadi jalan kesuksesan anak-anaknya di dunia dan akherat.

Pernah ada seorang teman menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri, ketika ditanya tentang
sholatnya ? ternyata tidak berjalan dengan baik karena orang-orangnya tidak ada yang sholat sehingga melakukannya pun kadang-kadang, apalagi untuk shalat Jumat jarang dilaksanakan, dengan alasan masjidnya jauh.

Lalu kenapa disekolahkan di Luar Negeri ? alasannya adalah sebentar lagi globalisasi., ketika perdagangan bebas anak harus disiapkan. Tetapi bagaimana jika sebelum perdagangan bebas anaknya meninggal dunia ? sudah disiapkan belum pulang ke akherat? orang yang dewasa akan berpikir kerasbagaimana anak-anaknya bisa selamat? Jangan sampai di dunia berprestasi tapi di akherat celaka.

Saudaraku tidak cukup merasa bangga dengan menjadi tua, mempunyai kedudukan,jabatan,karena semua itu sebenarnya hanyalah topeng, bukan tanda prestasi. Prestasi itu adalah ketika kita semakin matang, dan semakin dewasa .

Kesuksesan kita adalah bagaimana kita bisa memompa diri kita dan menyukseskan orang-orang
disekitar kita, kalau ingin tahu kesuksesan kita coba lihat perkembangan keluarga kita, istri dan anak-anak kita maju tidak? lihat sanak saudara kita pada maju tidak? Jangan sampai kita sendirian yang maju, tapi sanak saudara kita hidup dalam kesulitan, ekonominya seret, pendidikan seret.,sedang kita tidak ada kepedulian. Berarti itu sebuah kegagalan.,kedewasaan seseorang itu dilihat dari bagaimana kemampuan memegang amanah ? Wallahu’alam

Sabtu, 13 Maret 2010

Sukses Dengan 7 B

Rahasia kesuksesan dengan 7B kalau dipakai Insya Allah sukses
diri akan pula berperan menyukseskan orang lain, manfaat dunia, manfaat
akherat Kalau tahapan ini dilakukan dengan baik Insya Allah kita akan
bangkit ! lingkungan bangkit ! Indonesia akan bangkit !

1. Beribadah dengan benar.

Jika hidup tanpa ibadah yang benar ibarat hidup tanpa pondasi, bangunan
tanpa pondasi akan roboh Dengan beribadah dengan benar Insya Allah
akan membuat kita semakin tawadhu dan kokoh kepada Allah

2. Berakhlak Baik.

Ibadah bagus siang malam, tapi selesai sholat mulut kotor, tidak jujur,
apalah artinya ibadah ,kalau tidak dibarengi akhlak baik.

3. Belajar tiada henti.

Akhlak sudah baik,ibadah bagus tapi itu tidak cukup karena masalah akan
bertambah ,potensi konflik bertambah,kebutuhan semua bertambah,
bagaimana mungkin menyikapi segala yang makin ruwet dengan ilmu yang
tidak bertambah Ciri sukses adalah orang-orang yang cinta ilmu dengan
belajar.

4. Bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas.

Yang harus standar ada pada diri kita adalah bekerja optimal dengan
pemikiran yang cerdas karena ada yang kerja keras tetapi akal tidak
digunakan akibatnya cuma jadi pekerja keras saja

5. Bersahaja dalam hidup.

Ada orang yang bekerja keras tetapi sia-sia, karena ditipu oleh
keborosan, bermegah-megah , diperdaya,dikutuk oleh orang lain ,dan
menjadi kedengkian. kenapa? Karena tidak bersahaja , padahal akibat
gemar bersahaja maka kemampuan keuangan kita lebih tinggi diatas
kebutuhan sehingga bisa menyimpan uang,bersadaqoh, dan berinvestasi ,
budaya masyarakat kita diharapkan bukan budaya punya barang, tapi
budaya berinvestasi akibatnya selalu punya nilai tambah

6. Bantu sesama

Alat ukur sukses kita setelah bersahaja adalah punya kelebihan untuk
memajukan sanak saudara anak paman, tetangga kiri, tetangga kanan,
depan belakang, anak pembantu. Kesuksesan kita mulai diukur dengan
kemampuan membantu orang lain ,membuat lapangan kerja sebanyak mungkin,
kita harus terus berbuat dengan kerja keras membantu banyak
orang ,sehingga orang lain lebih maju lagi dengan mepunyai tata nilai
yang sama, ibadah yang bagus, akhlak yang bagus, terus berusaha untuk
belajar menambah ilmu, bekerja keras Dengan saling tolong-menolong
Insya Allah akan terjadi sinergi ,agar bergeraknya bangsa ini seimbang
tidak hanya satu dua orang, karena alat ukur kesuksesannya sama, pola
sama, kita mengharapkan kebangkitan ,kalau ada mahasiswa yang pintar
lihat juga tetangganya terbawa pintar atau tidak ? kalau ada dosen
brilian jangan lihat dosennya tapi lihatlah keluarganya, lihat
tetangganya, lihat sanak saudaranya, kalau hanya dia sendiri yang maju
belum begitu sukses, kalau ada pengusaha kaya brilian punya perusahaan
raksasa ,lihat kiri kanannya,lihat kesejahteraan kawannya .Kalau dia
yang sukses sendirian berarti belum sukses. Alat ukur sukses bukan
dengan melejit sendiri , tapi bagaimana kita mengangkat dan membantu
yang lain.

7. Bersihkan hati selalu.

Mengapa ? Allah tidak menerima amal, kecuali ikhlas,jangan merasa
ujub ,dengan tidak merasa berjasa,dengan tidak merasa paling
bisa,dengan tidak merasa paling mulia, tetapi semuanya karena Allah,
Alhamdullilah. Semua ini adalah karunia Allah kita harus merasa
beruntung karena dijadikan jalan ; jalan rezeki bagi tetangga,jalan
ilmu bagi mahasiswa, jalan kesuksesan bagi semuanya ,Allah-lah Yang
Memberi.

Inilah orang yang akan sukses , karena dia tidak menjadi sombong,apalah
artinya kita mendapatkan banyak hal kalau kita tidak mendapat ridlo
dari Allah karena kesombongan kita. Dengan beribadah dengan benar,
membuat kita semakin tawadhu ,kokoh mengabdi kepada Allah, hati
tentram, kehidupan akan seimbang.

Kamis, 11 Maret 2010

Seni Menata Hati dalam Bergaul

Seni Menata Hati dalam Bergaul

Pergaulan yang asli adalah pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan, yang insya Allah akan terasa sangat indah dan menyenangkan. Pergaulan yang penuh rekayasa dan tipu daya demi kepentingan yang bernilai rendah tidak akan pernah langgeng dan cenderung menjadi masalah.

1. Aku Bukan Ancaman Bagimu

Kita tidak boleh menjadi seorang yang merugikan orang lain, terlebih kalau kita simak Rasulullah Saw. bersabda, "Muslim yang terbaik adalah muslim yang muslim lainnya selamat/merasa aman dari gangguan lisan dan tagannya." (HR. Bukhari)

Hindari penghinaan
Apapun yang bersifat merendahkan, ejekan, penghinaan dalam bentuk apapun terhadap seseorang, baik tentang kepribadian, bentuk tubuh, dan sebagainya, jangan pernah dilakukan, karena tak ada masalah yang selesai dengan penghinaan, mencela, merendahkan, yang ada adalah perasaan sakit hati serta rasa dendam.

Hindari ikut campur urusan pribadi
Hindari pula ikut campur urusan pribadi seseorang yang tidak ada manfaatnya jika kita terlibat. Seperti yang kita maklumi setiap orang punya urusan pribadi yang sangat sensitif, yang bila terusik niscaya akan menimbulkan keberangan.

Hindari memotong pembicaraan
Sungguh dongkol bila kita sedang berbicara kemudian tiba-tiba dipotong dan disangkal, berbeda halnya bila uraian tuntas dan kemudian dikoreksi dengan cara yag arif, niscaya kita pun berkecenderungan menghargainya bahkan mungkin menerimanya. Maka latihlah diri kita untuk bersabar dalam mendengar dan mengoreksi dengan cara yang terbak pada waktu yang tepat.

Hindari membandingkan
Jangan pernah dengan sengaja membandingkan jasa, kebaikan, penamplan, harta, kedudukan seseorang sehingga yang mendengarnya merasa dirinya tidak berharga, rendah atau merasa terhina.

Jangan membela musuhnya, mencaci kawannya
Membela musuh maka dianggap bergabung dengan musuhnya, begitu pula mencaci kawannya berarti memusuhi dirinya. Bersikaplah yang netral, sepanjang diri kita menginginkan kebaikan bagi semua pihak, dan sadar bahwa untuk berubah harus siap menjalani proses dan tahapan.

Hindari merusak kebahagiannya
Bila seseorang sedang berbahagia, janganlah melakukan tindakan yang akan merusak kebahagiaanya. Misalkan ada seseorang yang merasa beruntung mendapatkan hadiah dari luar negeri, padahal kita tauh persis bahwa barang tersebut buatan dalam negeri, maka kita tak perlu menyampaikannya, biarlah dia berbahagia mendapatkan oleh-oleh tersebut.

Jangan mengungkit masa lalu
Apalagi jika yang diungkit adalah kesalahan, aib atau kekurangan yang sedang berusaha ditutupi.

Ingatlah bahwa setiap orang memiliki kesalahan yang sangat ingin disembunyikannya, termasuk diri kita, maka jangan pernah usil untuk mengungkit dan membeberkannya, hal seperti ini sama denga mengajak bermusuhan.

Jangan mengambil haknya
Jangan pernah terpikir untuk menikmati hak orang lain, setiap gangguan terhadap hak seseorang akan menimbulkan asa tidak suka dan perlawanan yang tentu akan merusak hubungan.. Sepatutnya kita harus belajar menikmati hak kita, agar bermanfaat dan menjadi bahan kebahagiaan orang lain.

Hati-hati engan kemarahan
Bila anda marah, maka waspadalah karenan kemarahan yang tak terkendali biasanya menghasilkankata dan perilaku yang keji, yang sangat melukai, dan tentu perbuatan ini akan menghancurkan hubungan baik di lingkungan manapun. Kita harus mulai berlatih mengendalikan kemarahan sekuat tenaga dan tak usah sungkan untuk meminta maaf andai kata ucaan dirasakan berlebihan.

Jangan menertawakannya
Sebagian besar dari sikap menertawakan seseorang adalah karena kekurangannnya, baik sikap, penampilan, bentuk rupa, ucapan dan lain sebagainya, dan ingatlah bahwa tertawa yang tidak pada tempatnya serta berlebihan akan mengundang rasa sakit hati.

Hati-hati dengan penampilan, bau badan dan bau mulut
Tidak ada salahnya kita selalu mengontrol penampilan, bau badan atau mulut kita, karena penampilan atau bau badan yang tidak segar akan membuat orang lain merasa terusik kenyamanannya, dan cenderung ingin menghindari kita.

2. Aku menyenangkan bagimu

Wajah yang selalu cerah ceria
Rasulullah senantiasa berwajah ceria, beliau pernah besabda, "Janganlah terlalu membebani jiwamu dengan segala kesungguhan hati. Hiburlah dirimu dengan hal-hal yang ringan dan lucu, sebab bila hati terus dipaksakan memikul beban-beban yang berat, ia akan menjadi buta". (Sunan Abu Dawud).

Senyum tulus
Rasulullah senantiasa tersenyum manis sekali dan ini sangat menyenangkan bagi siapapun yang menatapnya. Senyum adalah sedekah, senyuman yang tulus memiliki daya sentuh yang dalam ke dalam lubuk hati siapapun, senyum adalah nikmat Allah yang besar bagi manusia yang mencintai kebaikan. Senyum tidak dimiliki oleh orang-orang yang keji, sombong, angkuh, dan orang yang busuk hati.

Kata-kata yang santun dan lembut
Pilihlah kata-kata yang paling sopan dengan dan sampaikan dengan cara yang lembut, karena sikap seperti itulah yang dilakukan Rasulullah, ketika berbincang dengan para sahabatnya, sehingga terbangun suasana yang menyenangkan. Hindari kata yang kasar, menyakitkan, merendahkan, mempermalukan, serta hindari pula nada suara yang keras dan berlebihan.

Senang menyapa dan mengucapkan salam
Upayakanlah kita selalu menjadi orang yang paling dahulu dalam menyapa dan mengucapkan salam. Jabatlah tagan kawan kita penuh dengan kehangatan dan lepaslah tangan sesudah diepaskan oleh orang lain, karena demikianlah yang dicontohkan Rasulullah.

Jangan lupa untuk menjawab salam dengan sempurna dan penuh perhatian.

Bersikap sangat sopan dan penuh penghormatan
Rsulullah jikalau berbincang dengan para sahabatnya selalu berusaha menghormati dengan cara duduk yang penuh perhatian, ikut tersenyum jika sahabatnya melucu, dan ikut merasa takjub ketika sahabatnya mengisahkan hal yang mempesona, sehingga setiap orang merasa dirinya sangat diutamakan oleh Rasulullah.

Senangkan perasaannya
Pujilah dengan tulus dan tepat terhadap sesuatu yang layak dipuji sambil kita kaitkan dengan kebesaran Allah sehingga yang dipuji pun teringat akan asal muasal nikmat yang diraihnya, nyatakan terima kasih dan do’akan. Hal ini akan membuatnya merasa bahagia. Dan ingat jangan pernah kikir untuk berterima kasih.

Penampilan yang menyenangkan
Gunakanlah pakaian yang rapi, serasi dan harum. Menggunakan pakaian yang baik bukanlah tanda kesombongan, Allah Maha Indah dan menyukai keindahan, tentu saja dalam batas yang sesuai syariat yang disukai Allah.

Maafkan kesalahannya
Jadilah pemaaf yang lapang dan tulus terhadap kekurangan dan kesalahan orang lain kepada kita, karena hal ini akan membuat bahagia dan senang siapapun yang pernah melakukan kekhilafan terhadap kita, dan tentu hal ini pun akan mengangkat citra kita dihatinya.

3. Aku Bermanfaat Bagimu

Keberuntungan kita bukanlah diukur dari apa yang kita dapatkan tapi dari nilai manfaat yang ada dari kehadiran kita, bukankah sebaik-baik di antara manusia adalah orang yang paling banyak manfaatnya bagi hamba-hamba Allah lainnya.

Rajin bersilaturahmi
Silaturahmi secara berkala, penuh perhatian, kasih sayang dan ketulusan walaupun hanya beberapa saat, benar-benar akan memiliki kesan yang mendalam, apalagi jikalau membawa hadiah, insya Allah akan menumbuhkan kasih sayang.

Saling berkirim hadiah
Seperti yang telah diungkap sebelumnya bahwa saling memberi dan berkirim hadiah akan menumbuhkan kasih sayang. Jangan pernah takut miskin dengan memberikan sesuatu, karena Allah yang Maha Kaya telah menjanjikan ganjaran dan jaminan tak akan miskin bagi ahli sedekah yang tulus.

Tolong dengan apapun
Bersegeralah menolong dengan segala kemampuan, harta, tenaga, wakt atau setidaknya perhatian yang tulus, walau perhatian untuk mendengar keluh kesahnya.

Apabila tidak mampu, maka do’akanlah, dan percayalah bahwa kebaikan sekecil apapun akan diperhatikan dan dibalas dengan sempurna oleh Allah.

Sumbangan ilmu dan pengalaman
Jangan pernah sungkan untuk mengajarkan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, kita harus berupaya agar ilmu dan pengalaman yang ada pada diri kita bisa menjadi jalan bagi kesuksesan orang lain.

Insya Allah jikalau hidup kita penuh manfaat dengan tulus ikhlas maka, kebahagiaan dalam bergaul dengan siapapun akan tersa nikmat, karena tidak mengharapkan sesuatu dari orang melainkan kenikmatan kita adalah melakukan sesuatu untuk orang lain. Semata karena Allah Swt.

Selasa, 09 Maret 2010

Keluarga Kunci Kesuksesan

Keluarga Kunci Kesuksesan

Seringkali kita dengar orang-orang yang membangun
karir bertahun-tahun akhirnya terpuruk oleh kelakuan keluarganya. Ada yang dimuliakan di kantornya tapi dilumuri aib oleh anak-anaknya sendiri, ada yang cemerlang karirnya di perusahaan tapi akhirnya pudar oleh perilaku istrinya dan anaknya. Ada juga yang populer di kalangan masyarakat tetapi tidak populer di hadapan keluarganya. Ada yang disegani dan dihormati di lingkungannya tapi oleh anak istrinya sendiri malah
dicaci, sehingga kita butuh sekali keseriusan untuk menata strategi yang tepat, guna meraih kesuksesan yang benar-benar hakiki. Jangan sampai kesuksesan kita semu. Merasa sukses padahal gagal, merasa mulia padahal hina, merasa terpuji padahal buruk, merasa cerdas padahal bodoh, ini tertipu!

Penyebab kegagalan seseorang diantaranya :

  • Karena dia tidak pernah punya waktu yang memadai
    untuk mengoreksi dirinya. Sebagian orang terlalu sibuk dengan kantor, urusan luar dari dirinya akibatnya dia kehilangan fondasi yang kokoh. Karena orang tidak bersungguh-sungguh menjadikan keluarga sebagai basis yang penting untuk kesuksesan.

  • Sebagian orang hanya mengurus keluarga dengan sisa waktu, sisa pikiran, sisa tenaga, sisa perhatian, sisa perasaan, akibatnya seperti bom waktu. Walaupun uang banyak tetapi miskin hatinya. Walaupun kedudukan tinggi tapi rendah keadaan keluarganya.

Oleh karena itulah, jikalau kita ingin sukses, mutlak bagi kita untuk sangat serius membangun keluarga sebagai basis (base), Kita harus jadikan keluarga kita menjadi basis ketentraman jiwa. Bapak pulang kantor begitu lelahnya harus rindu rumahnya menjadi oase ketenangan. Anak pulang dari sekolah harus merindukan suasana aman di rumah. Istri demikian juga. Jadikan rumah kita menjadi oase ketenangan, ketentraman, kenyamanan sehingga bapak, ibu dan anak sama-sama senang dan betah tinggal dirumah.

Agar rumah kita menjadi sumber ketenangan, maka perlu diupayakan:

  • Jadikan rumah kita sebagai rumah yang selalu dekat dengan Allah SWT, dimana di dalamnya penuh dengan aktivitas ibadah; sholat, tilawah qur'an dan terus menerus digunakan untuk memuliakan agama Allah, dengan kekuatan iman, ibadah dan amal sholeh yang baik, maka rumah tersebut dijamin akan menjadi sumber ketenangan.

  • Seisi rumah Bapak, Ibu dan anak harus punya kesepakatan untuk mengelola perilakunya, sehingga bisa menahan diri agar anggota keluarga lainnya merasa aman dan tidak terancam tinggal di dalam rumah itu, harus ada kesepakatan diantara anggota keluarga bagaimana rumah itu tidak sampai menjadi sebuah neraka.

  • Rumah kita harus menjadi "Rumah Ilmu" Bapak, Ibu dan anak setelah keluar rumah, lalu pulang membawa ilmu dan pengalaman dari luar, masuk kerumah berdiskusi dalam forum keluarga; saling bertukar pengalaman, saling memberi ilmu, saling melengkapi sehingga menjadi sinergi ilmu. Ketika keluar lagi dari rumah terjadi peningkatan kelimuan, wawasan dan cara berpikir akibat masukan yang dikumpulkan dari luar oleh semua anggota keluarga, di dalam rumah diolah, keluar rumah jadi makin lengkap.

  • Rumah harus menjadi "Rumah pembersih diri" karena tidak ada orang yang paling aman mengoreksi diri kita tanpa resiko kecuali anggota keluarga kita. Kalau kita dikoreksi di luar resikonya terpermalukan, aib tersebarkan tapi kalau dikoreksi oleh istri, anak dan suami mereka masih bertalian darah, mereka akan menjadi pakaian satu sama lain.Oleh karena itu,barangsiapa yang ingin terus menjadi orang yang berkualitas, rumah harus kita sepakati menjadi rumah yang saling membersihkan seluruh anggota keluarga. Keluar banyak kesalahan dan kekurangan, masuk kerumah saling mengoreksi satu sama lain sehingga keluar dari rumah, kita bisa mengetahui kekurangan kita tanpa harus terluka dan tercoreng karena keluarga yang mengoreksinya.

  • Rumah kita harus menjadi sentra kaderisasi sehingga Bapak-Ibu mencari nafkah, ilmu, pengalaman wawasan untuk memberikan yang terbaik kepada anak-anak kita sehingga kualitas anak atau orang lain yang berada dirumah kita, baik anak kandung, anak pungut atau orang yang bantu-bantu di rumah, siapa saja akan meningkatkan kualitasnya. Ketika kita mati, maka kita telah melahirkan generasi yang lebih baik. Tenaga, waktu dan pikiran kita pompa untuk melahirkan generasi-generasi yang lebih bermutu, kelak lahirlah kader-kader pemimpin yang lebih baik. Inilah sebuah rumah tangga yang tanggung jawabnya tidak hanya pada rumah tangganya tapi pada generasi sesudahnya serta bagi lingkungannya.

Senin, 08 Maret 2010

5 Tipe Karyawan di Kantor

5 Tipe Karyawan di Kantor Kita

Pengklasifikasian karyawan dan pejabat kantor ini diekati dengan istilah hukum yang digunakan dalam agama Islam. Pendekatan ini samasekali bukan untuk mencampuradukkan atau merendahkan nilai istilah hukum tersebut, melainkan hanya sekedar guna mempermudah pemahaman kita karenamakna dari istilah hukum tersebut sangat sederhana dan akrab bagi kita. Mudah-mudahan bisa jadi cara yang praktis untuk mengukur dan menilai diri sendiri.

(Ide dasar ini diambil dari pendapat Emha Ainun Najib)

1. Karyawan / Pejabat "Wajib"

Tipe karyawan atau pejabat wajib ini memiliki ciri : keberadaannya sangat disukai, dibutuhkan, harus ada sehingga ketiadaannya sangat dirasakan kehilangan.

  • Dia sangat disukai karena pribadinya sangat mengesankan, wajahnya yang selalu bersih, cerah dengan senyum tulus yang dapat membahagiaan siapapun yang berjumpa dengannya.
  • Tutur katanya yang sopan tak pernah melukai siapapun yang mendengarnya, bahkan pembicaraannya sangat bijak, menjadi penyejuk bagi hati yang gersang, penuntun bagi yang tersesat, perintahnya tak dirasakan sebagai suruhan, orang merasa terhormat dan bahagia untuk memenuhi harapannya tanpa rasa tertekan.
  • Akhlaknya sangat mulia, membuat setiap orang meraskan bahagia dan senang dengankehadirannya, dia sangat menghargai hak-hak dan pendapat orang lain, setiap orang akan merasa aman dan nyaman serta mendapat manfaat dengan keberadaannya

2. Karyawan / Pejabat "Sunnah"

Ciri dari karyawan/pejabat tipe ini adalah : kehadiran dan keberadaannya memang menyenangkan, tapi ketiadaannya tidak terasa kehilangan..

Kelompok ini hampir mirip dengan sebagian yang telah diuraikan, berprestasi, etos kerjanya baik, pribadinya menyenangkan hanya saja ketika tiada, lingkungannya tidak merasa kehilangan, kenangannya tidak begitu mendalam.

Andai saja kelompok kedua ini lebih berilmu dan bertekad mempersembahkan yang terbaik dari kehidupannya dengan tulus dan sungguh-sungguh, niscaya dia akan naik peringkatnya ke golongan yang lebih atas, yang lebih utama.

3. Karyawan / Pejabat "Mubah"

Ciri khas karyawan atau pejabat tipe ini adalah : ada dan tiadanya sama saja.

Sungguh menyedihkan memang menjadi manusia mubadzir seperti ini, kehadirannya tak membawa arti apapun baik manfaat maupun mudharat, dan kepergiannya pun tak terasa kehilangan.

Karyawan tipe ini adalah orang yang tidak mempunyai motivasi, asal-asalan saja, asal kerja, asal ada, tidak memikirkan kualitas, prestasi, kemajuan, perbaikan dan hal produktiflainnya. Sehingga kehidupannya pun tidak menarik, datar-datar saja.

Sungguh menyedihkan memang jika hidup yang sekali-kalinya ini tak bermakna. Harus segera dipelajarilatar belakang dan penyebabnya, andaikata bisa dimotivasi dengan kursus, pelatihan, rotasi kerja, mudah-mudahan bisa meningkat semangatnya.

4. Karyawan / Pejabat "Makruh"

Ciri dari karyawan dan pejabat kelompok ini adalah : adanya menimbulkan masalah tiadanya tidak menjadi masalah.

Bila dia ada di kantor akan mengganggu kinerja dan suasana walaupun tidak sampai menimbulkan kerugian besar, setidaknya membuat suasana tidak nyaman dan kenyamanan kerjaserta kinerja yang baik dapat terwujud bila ia tidak ada.

Misalkan dari penampilan dan kebersihan badannya mengganggu, kalau bicara banyak kesia-siaan, kalau diberi tugas dan pekerjaan selain tidak tuntas, tidak memuaskan juga mengganggu kinerja karyawan lainnya.

5. Karyawan / Pejabat "Haram"

Ciri khas dari kelompok ini adalah : kehadirannya sangat merugikan dan ketiadaannya sangat diharapkan karena menguntungkan.

Orang tipe ini adalah manusia termalang dan terhina karena sangat dirindukan "ketiadaannya". Tentu saja semua ini adalah karena buah perilakunya sendiri, tiada perbuatan yang tidak kembali kepada dirinya sendiri.

Akhlaknya sangat buruk bagai penyakit kronis yang bisa menjalar. Sering memfinah, mengadu domba, suka membual, tidak amanah, serakah, tamak, sangat tidak disiplin, pekerjaannya tidak pernah jelas ujungnya, bukan menyelesaikan pekerjaan malah sebaliknya menjadi pembuat masalah. Pendek kata di adalah "trouble maker".

Silahkan anda renungkan, kita termasuk kategori yang mana...?

Semoga semua ini menjadi bahan renungan agar hidup yang hanya sekali ini kita bisa merobah diri dan mempersembahkan yang terbaik dan yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat nanti. Jadilah manusia yang "wajib ada". Semoga!

Sabtu, 06 Maret 2010

Rumah Tangga yang Menyenangkan (Meminimalkan Potensi Konflik)

Rumah Tangga yang Menyenangkan

Banyak orang yang menyangka bahwa pernikahan itu indah. Padahal sebetulnya? Indah ...sekali. Tak sedikit yang menyesal, kenapa tak dari dulu menikah.

Sahabat, itu adalah secuplik ungkapan yang lazim terdengar tentang pernikahan. Namun jelas, tak segampang yang dibayangkan untuk membina sebuah keluarga. Membangun sebuah keluarga sakinah adalah suatu proses. Keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang diam tanpa masalah. Namun lebih kepada adanya keterampilan untuk manajemen konflik.

Ada tiga jenis manajemen konflik dalam rumah tangga, yaitu pencegahan terjadinya konflik, menghadapai tatkala konflik terlanjur berlangsung, dan apa yang harus dilakukan setelah konflik reda.

Pada kesempatan pertama, insya Allah kta akan mengurai tentang bagaimana meminimalkan terjadinya konflik di dalam rumah tangga kia.

1. Siap dengan hal yang tidak kita duga

Pada dasarnya kita selalu siap untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Mudah bagi kita bila yang terjadi cocok dengan harapan kita. Namun, bagaimanapun, setiap orang itu berbeda-beda. Tidak semuanya harus sama "gelombangnya" dengan kita. Maka yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan diri agar potensi konflik akibat perbedaan ini tidak merusak.

Dalam rumah tangga, bisa jadi pasangan kita teryata tidak seideal yang kita impikan. Maka kita harus siap melihat ternyata dia tidak rapi, tidak secantik yang dibayangkan atau tidak segesit yang kita harapkan., misalnya. Kita harus berlapang dada sekali andai ternyata apa yang kita idamkan, tidak ada pada dirinya. Juga sebaliknya, apabila yang luar biasa kita benci. Ternyata isteri atau suami kita memiliki sikap tersebut.

2. Memperbanyak pesan Aku

Tindak lanjut dan kesiapan kita menghadapi perbedaan yang ada, adalah memeperbanyak pesan aku. Sebab, umumnya makin orang lain menegetahui kita, makin siap dia menghadapi kita. Misalnya sebagai isteri kita terbiasa katakanlah mengorok ketika tidur. Maka agar suami dapat siap menghadapi hal ini, kita bisa mengatakan "Mas, orang bilang, kalau tidur saya itu suka ngorok,.... jadi Mas siap-siap saja. Sebab, sebetulnya, saya sendiri enggak niat ngorok."

Lalu sebagai suami, misalnya kita menyatakan keinginan kita: "Saya kalau jam tiga suka bangun. Tolonglah bangunkan saya. Saya suka menyesal kalau tidak Tahajjud. Dan kalau sedang Tahajjud, saya tidak ingin ada suara yang mengganggu."

Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi riak-riak masalah akaibat satu sama lain tidak memahami nilai-nilai yang dipakai oleh pasangan hidupnya. Sebab sangat mungkin orang membuat kesalahan akibat dia tidak tahu tata nilai kita. Yang dampaknya akan banyak muncul ketersinggungan-ketersinggungan. Maka di sinilah perlunya kita belajar memberitahukan. Memberitahukan apa yag kita inginkan. Inilah esensi dari pesan aku.

Dengan demikian ini akan membuat peluang konflik tidak membesar. Karena kita telah mengkondisikan agar orang memahami kita. Sungguh tidak usah malu menyatakan harapan ataupun keberatan-keberatan kita. Sebab justru dengan keterbukaan seperti ini pasangan hidup kita dapat lebih mudah dalam menerima diri kita. Termasuk dalam hal keberadaan orang lain.

Misalnya orang tua kita akan datang. Maka adalah suatu tindakan bijaksana apabila kita mengatakan kepada suami tentang mereka. Sebagai contoh, orang tua kita mempunyai sikap cukup cerewet, senang mengomentari ini itu. Maka katakan saja: "Pak... saya tidak bermaksud meremehkan. Namun begitulah adanya. Orang tua saya banyak bicara. Jangan terlalu difikirkan, itu memang sudah kebiasaan mereka. Juga dalam hal makanan, yang ikhlas saja ya Pak...kalau nanti mereka makannya pada lumayan banyak..."

Sungguh sahabat, makin kita jujur maka akan semakin menentramkan perasaan masing-masing di antara kita.

Alkisah, ada sebuah keluarga. Sering sekali terjadi pertengkaran. Akhirnya, suatu ketika si isteri bicara "Pak, maaf ya, keluarga kami memang bertabiat keras. Sehingga bagi kami kemarahan itu menjadi hal yang amat biasa."

Lalu suaminya membalas "Sedangkan Papa lahir dari keluarga pendiam, dan jarang sekali ada pertempuran..."

Jelas itu akan membuat keadaan berangsur lebih baik dibanding terus menerus bergelut dalam pertengkaran-pertengkaran yang semestinya tak terjadi.

Jadi kita pun harus berani untuk mengumpulkan input-input tentang pasangan kita. Misalnya ternyata dia punya BB atau bau badan. Maka kita bisa menyarankan untuk meminum jamu, sekaligus memberitahukan bahwa kadar ketahanan kita terhadap bau-bauan rendah sekali. Sehingga ketika kita tiba-tiba memalingkan muka dari dia, isteri kita itu tidak tersinggung. Karena tata nilainya sudah disamakan.

Tentunya, dengan saling keterbukaan seperti itu masalah akan menjadi lebih mudah dijernihkan dibanding masing-masing saling menutup diri.

Ketertutupan, pada akhirnya akan membuat potensi masalah menjadi besar. Kita menjadi mengarang kesana kemari, membayangkan hal yang tidak tidak berkenaan dengan pasanagan hidup kita. Dongkol, marah, benci dan seterusnya. Padahal kalau saja didiskusikan, bisa jadi masalahnya menjadi sangat mudah diselesaikan. Dan potensi konflik pun menjadi minimal.

3. Tentang aturan

Kita harus memiliki aturan-aturan yang disepakati bersama. Karena kalau tak tahu aturan, bagaimana orang bisa nurut? Bagaimana kita bisa selaras? Jadi kita harus membuat aturan sekaligus...sosialisasikan!

Misalnya isteri kita jarang mematikan kran setelah mengguanakan. Bisa jadi kita dongkol. Disisi lain, boleh jadi isteri malah tak merasa bersalah sama sekali. Sebab dia berasal dari desa. Dan di desa.. pancuran toh tak pernah ditutup.

Begitu pula pada anak-anak. Kita harus mensosialisasikan peraturan ini. Tidak usah kaku. Buat saja apa yang bisa dilaksanakan oleh semua. Makin orang tahu peraturan, maka peluang berbuat salah makin minimal.

5 (Lima) S

Suatu saat, adzan Maghrib tiba. Kami bersegera shalat di sebuah mesjid yang dikenal dengan tempat mangkalnya aktivis Islam yang mempunyai kesungguhan dalam beribadah. Di sana tampak beberapa pemuda yang berpakaian “khas Islam” sedang menantikan waktu shalat. Kemudian, adzan berkumandang dan qamat pun segera diperdengarkan sesudah shalat sunat. Hal yang menarik adalah begitu sungguh-sungguhnya keinginan imam muda untuk merapikan shaf. Tanda hitam di dahinya, bekas tanda sujud, membuat kami segan. Namun, tatkala upaya merapikan shaf dikatakan dengan kata-kata yang agak ketus tanpa senyuman, “Shaf, shaf, rapikan shafnya!”, suasana shalat tiba-tiba menjadi tegang karena suara lantang dan keras itu. Karuan saja, pada waktu shalat menjadi sulit khusyu, betapa pun bacan sang imam begitu bagus karena terbayang teguran yang keras tadi.

Seusai shalat, beberapa jemaah shalat tadi tidak kuasa menahan lisan untuk saling bertukar ketegangan yang akhirnya disimpulkan, mereka enggan untuk shalat di tempat itu lagi. Pada saat yang lain, sewaktu kami berjalan-jalan di Perth, sebuah negara bagian di Australia, tibalah kami di sebuah taman. Sungguh mengherankan, karena hampir setiap hari berjumpa dengan penduduk asli, mereka tersenyum dengan sangat ramah dan menyapa “Good Morning!” atau sapa dengan tradisinya. Yang semuanya itu dilakukan dengan wajah cerah dan kesopanan. Kami berupaya menjawab sebisanya untuk menutupi kekagetan dan kekaguman. Ini negara yang sering kita sebut negara kaum kafir.

Dua keadaan ini disampaikan tidak untuk meremehkan siapapun tetapi untuk mengevaluasi kita, ternyata luasnya ilmu, kekuatan ibadah, tingginya kedudukan, tidak ada artinya jikalau kita kehilangan perilaku standar yang dicontohkan Rasulullah SAW, sehingga mudah sekali merontokan kewibawaan dakwah itu sendiri.

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dengan berinteraksi dengan sesama ini, bagaimana kalau kita menyebutnya dengan 5 (lima) S : Senyum, salam, sapa, sopan, dan santun.

Kita harus meneliti relung hati kita jikalau kita tersenyum dengan wajah jernih kita rasanya ikut terimbas bahagia. Kata-kata yang disampaikan dengan senyuman yang tulus, rasanya lebih enak didengar daripada dengan wajah bengis dan ketus. Senyuman menambah manisnya wajah walaupun berkulit sangat gelap dan tua keriput. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita termasuk orang yang senang tersenyum untuk orang lain? Mengapa kita berat untuk tersenyum, bahkan dengan orang yang terdekat sekalipun. Padahal Rasulullah yang mulia tidaklah berjumpa dengan orang lain kecuali dalam keadaan wajah yang jernih dan senyum yang tulus. Mengapa kita begitu enggan tersenyum? Kepada orang tua, guru, dan orang-orang yang berada di sekitar kita?

S yang kedua adalah salam. Ketika orang mengucapkan salam kepada kita dengan keikhlasan, rasanya suasana menjadi cair, tiba-tiba kita merasa bersaudara. Kita dengan terburu-buru ingin menjawabnya, di situ ada nuansa tersendiri. Pertanyaannya, mengapa kita begitu enggan untuk lebih dulu mengucapkan salam? Padahal tidak ada resiko apapun. Kita tahu di zaman Rasulullah ada seorang sahabat yang pergi ke pasar, khusus untuk menebarkan salam. Negara kita mayoritas umat Islam, tetapi mengapa kita untuk mendahului mengucapkan salam begitu enggan? Adakah yang salah dalam diri kita?

S ketiga adalah sapa. Mari kita teliti diri kita kalau kita disapa dengan ramah oleh orang lain rasanya suasana jadi akrab dan hangat. Tetapi kalau kita lihat di mesjid, meski duduk seorang jamaah di sebelah kita, toh nyaris kita jarang menyapanya, padahal sama-sama muslim, sama-sama shalat, satu shaf, bahkan berdampingan. Mengapa kita enggan menyapa? Mengapa harus ketus dan keras? Tidakkah kita bisa menyapa getaran kemuliaan yang hadir bersamaan dengan sapaan kita?

S keempat, sopan. Kita selalu terpana dengan orang yang sopan ketika duduk, ketika lewat di depan orang tua. Kita pun menghormatinya. Pertanyaannya, apakah kita termasuk orang yang sopan ketika duduk, berbicara, dan berinteraksi dengan orang-orang yang lebih tua? Sering kita tidak mengukur tingkat kesopanan kita, bahkan kita sering mengorbankannya hanya karena pegal kaki, dengan bersolonjor misalnya. Lalu, kita relakan orang yang di depan kita teremehkan. Patut kiranya kita bertanya pada diri kita, apakah kita orang yang memiliki etika kesopanan atau tidak.

S kelima, santun. Kita pun berdecak kagum melihat orang yang mendahulukan kepentingan orang lain di angkutan umum, di jalanan, atau sedang dalam antrean, demi kebaikan orang lain. Memang orang mengalah memberikan haknya untuk kepentingan orang lain, untuk kebaikan. Ini adalah sebuah pesan tersendiri. Pertanyaannya adalah, sampai sejauh mana kesantunan yang kita miliki? Sejauh mana hak kita telah dinikmati oleh orang lain dan untuk itu kita turut berbahagia? Sejauh mana kelapangdadaan diri kita, sifat pemaaf ataupun kesungguhan kita untuk membalas kebaikan orang yang kurang baik?

Saudara-saudaraku, Islam sudah banyak disampaikan oleh aneka teori dan dalil. Begitu agung dan indah. Yang dibutuhkan sekarang adalah, mana pribadi-pribadi yang indah dan agung itu? Yuk, kita jadikan diri kita sebagai bukti keindahan Islam, walau secara sederhana. Amboi, alangkah indahnya wajah yang jernih, ceria, senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun. Betapa nyamannya suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo’akan, menyapa dengan ramah, lembut, dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimana pun. Betapa nikmatnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah dan memberikan haknya, lapang dada,, pemaaf yang tulus, dan ingin membalas keburukan dengan kebaikan serta kemuliaan.

Saudaraku, Insya Allah. Andai diri kita sudah berjuang untuk berperilaku lima S ini, semoga kita termasuk dalam golongan mujahidin dan mujahidah yang akan mengobarkan kemuliaan Islam sebagaimana dicita-citakan Rasulullah SAW, Innama buitsu liutammima makarimal akhlak, “Sesungguhnya aku diutus ke bumi ini untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak

Jumat, 05 Maret 2010

KIAT-KIAT MEMBANGUN KEPERCAYAAN


Kiat - kiat membangun kepercayaan

Sebelum Nabi Muhammad saw dikukuhkan menjadi seorang Rasul beliau sudah sangat populer di tengah masyarakat kota Mekkah dengan gelar al-Amin yaitu orang yang sangat terpercaya (amanah/kredibel). Gelar ini baik sebelum maupun sesudahnya tidak pernah ada lagi.

Sungguh dahsyat pengaruh suatu kepercayaan dan luar biasa pentingnya untuk kesuksesan karir kehidupan di dunia maupun di akhirat, jah melampaui modal harta benda, kedudukan, jabatan, atau ilmu sekalipun. Ketika kepercayaan sudah sirna di hati orang lain, sulit sekali ntuk tumbuh, walaupun dengan berjuta janji atau membayar dengan harta sebanyak apapun, jikalau kepercayaan di hati orang sudah hilang maka perasaan yang muncul selalu mencurigai dan rasa tidak percaya diri akan selalu membayang dan membekas.

Berikut ini sekelumit uraian yang isya Allah akan menumbuhkan dan memperkuat kepercayaan seseorang.

A. Kejujuran yang terbuktu dan teruji

Kejujuran adalah perilaku kunci yang sangat efektif untuk membangun kepercayaan (kredibilitas), begitu pula bila sebaliknya dapat menghancurkan kehidupan seseorang.

Biasakanlah selalu jujur dimulai dari hal yang paling sederhana dan kecil sekalipun, walaupun terhadap anak kecil, karena sesunggunya Allah menilai perilaku kita, yakinlah tak akan pernah untung sama sekali dengan ketidakjujuran selain kerugian yang mendera dan menghancurkan, sudah terlalu banyak bukti di sekitar kita untuk dijadikan pelajaran.

  1. Jangan sekali-kali berbohong atau terpancing untuk menambah omongan sehinga menjadi dusta walau dalam gurauan sekalipun.

  2. Jangan pernah mudah membuat janji, pastikan setiap janji yang diucapkan sudah diperhitungkan matang-matang, dan berusaha keraslah untuk memenuhi janji.

  3. Tepat waktulah dalam segala hal, jangan terlambat atau gemar menunda-nunda atau mengakhirkan.

  4. Biasakanlah memiliki data dan fakta yang jelas, dan bersikaplah terbuka.

  5. Milikilah kemampuan dan kesungguhan mengevaluasi diri, dan segera perbaiki diri begitu ditemukan kesalahan serta bertanggungjawablah dengan sungguh-sungguh dan tulus.

  6. Jangan pernah patah semangat bila didapati masa lalu kita pernah atau banyak keidakjujuran.

B. Cakap

Komponen kedua yang tak kalah pentingnya adalah kehandalan dan kecakapan kita dalam melaksanakan tugas. Walaupun sangat dikenal dan teruji kejujurannya tapi kalau dalam melaksanakan tugas sering berbuat lalai dan kesalahan maka hal ini pun akan merontokkan kredibilitas.

  1. Kunci utamanya adalah secara sadar kita harus selalu belajar, melatih diri, mengembangkan kemampuan, wawasan serta keterampilan kita secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga selalu memiliki kesiapan yang memadai untuk melaksanakan tugas.

  2. Awalilah selalu dengan membuat perencanaan yang baikdan persiapan yang matang, gagal dalam merencanakan sama dengan merenacnakan kegagalan.

  3. Jangan lupa selalu check and recheck, tak boleh kita melakukan sesuatu tanpa cek ulang, sangat banyak peluang kesalahan atau kegagalan yang terselamatkan dengan sikap yang selalu mengadakan pengecekan ulang.

  4. Laksanakan segala sesuatu dengan kesungguhan, sikap yang hati-hati dan cermat, jangan anggap remeh kelalaian dan kecerobohan karena semua itu biang kesalahan dan kegagalan.

  5. Selalu sempatkan untuk evaluasi dari setiap tahapan apapun yang kita lakukan, percayalah merenung sejenak untuk mengevaluasi membuat karya kita akan semakin bermutu.

  6. Nikmatilah dengan menyempurnakan apa yang bisa dilakukan, jangan pernah puas dengan setengah-setengah, jangan pula puas dengan 90%, kalau kita bisa menyempurnakannya, mengapa tidak?

C. Inovatif

Segala sesuatu yang ada selalu berubah, di dunia ini tidak ada sesuatu apapun yang tidak berubah, satu-satunya yang tetap adalah perubahan itu sendiri, oleh karena itu siapa pun yang tidak menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan maka dia akan tergilas kalah oleh perubahan tersebut.

Maka jelaslah sudah yang dimaksud dengan sabda Rasulullah bahwa orang yang hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang merugi karena berarti tak ada kemajuan dan tetinggal oleh perubahan, orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dianggap orang yang celaka, karena berarti akan tertinggal jauh dab sulit mengejar, satu-satunya pilihan bagi orang yang beruntung adalah hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, berarti harus ada penambahan sesuatu yang bermanfaat, inilah sikap perubahan yang diharapkan selalu terjadi pada seorang muslim, sehingga tidak akan pernah tertinggal, dia selalu antisipatif terhadap perubahan, dan selalu siap menyikapi perubahan.

Berikut ini beberapa anjuran agar kita dapat selalu mengembangkan kemanpuan kreatif kita:

  1. Banyak membaca dan menulis.

  2. Banyak berdiskusi dan bertanya.

  3. Banyak melihat (mengadakan studi banding).

  4. banyak merenung (tafakur).

  5. Banyak berbuat dan mencoba.

  6. Banyak beribadah dan berdo'a.

Mudah-mudahan kegighan diri kita, menjaga agar karir hidup ini menjadi orang bersih, terbuka, ujur terpercaya yang dilakukan dengan tulus karena Allah semata. Selamat berjuang saudaraku sekalian, cukuplah Allah sebagai satu-satunya tujuan, pelindung, tumpuan harapan dan satu-satunya penolong kita semua.

Wallahu a'lam bishshawab.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons